Laman

05 Desember 2007

PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

Telekomunikasi di Indonesia masih banyak memiliki celah-celah yang dapat dibangun dan terus dikembangkan. Namun, hanya dengan pemain-pemain yang ada sekarang ini, sektor tersebut meskipun tumbuh dengan pesat namun masih sangat tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di Asia apalagi jika dibandingkan dengan Eropa dan Amerika. Apalagi, ketika krisis ekonomi menimpa negeri ini, investasi di bidang telekomunikasi menjadi sangat mahal, untuk itu perlu dipikirkan bagaimana mendatangkan teknologi telekomunikasi dengan harga terjangkau namun tetap memiliki mutu yang baik.

Melihat kesempatan dan peluang tersebut, PT. Netwave Maju Abadi mencoba menjadi pemain dan ikut serta meramaikan pembangunan sektor telekomunikasi di Indonesia. Sebagai perusahaan, Netwave memang masih terbilang muda usianya. Namun sepak terjang perusahaan yang memiliki empat divisi ini, yaitu Teknologi Informasi, Telekomunikasi, Sistem Security dan juga Problem Solver ternyata telah banyak berkiprah dibidangnya.

Sudah lima bulan terakhir ini, Netwave berhasil merangkul DTT (Datang Telecom Technology) sebuah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) asal negeri Cina yang saat ini sedang mengembangkan proyek berbasis telekomunikasi bersama PT. Telekomunikasi Indonesia. “Netwave memang menjadi sole agent Datang Telecom Technology di Indonesia. Bersama dengan Datang, kami dan juga vendor-vendor telekomunikasi akan turut serta dalam pembangunan telekomunikasi di Indonesia,” kata Jimmy Lamo, Presiden Direktur PT. Netwave Maju Abadi.

Keseriusan Netwave untuk berkiprah di bidang Telekomunikasi memang tidak main-main. Apalagi DTT sebagai mitra kerja memiliki reputasi internasional yang dapat diandalkan. Meski baru memasuki pasar Indonesia, DTT telah memiliki jaringan kerja dan juga pasar untuk produk-produknya di sejumlah negara, antara lain Thailand, Myanmar, Irak, Iran, Nigeria dan beberapa negara lainnya, yang seluruhnya mencapai 40 negara. Di Cina sendiri, perusahaan ini telah memasuki tahun ke 30 bergelut di bidang ini. Di negara asalnya, DTT termasuk dalam salah satu perusahaan top di bidang perlengkapan telekomunikasi.

“Yang penting, kerjasama ini bukan sekedar jual beli barang, investment ataupun finansial belaka seperti kebanyakan kerjasama bisnis yang terjalin selama ini. Antara Netwave dan DTT juga terjalin kesepakatan untuk melakukan transfer knowledge guna mengembangkan teknologi telekomunikasi di Indonesia,” terang pria kelahiran Padang, Sumatera Barat ini.

Sejatinya, Netwave juga mengepakkan sayap kerjasamanya dengan vendor telekomunikasi lainnya yang berada di tanah air. Bukan hanya PT. Telkom, kerjasama tersebut juga diulurkan baik kepada Indosat, Satelindo maupun Telkomsel. Sejumlah teknologi telah diujicobakan, termasuk juga modifikasi teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan komunikasi di Indonesia untuk ditawarkan kepada vendor-vendor tersebut. “Teknologi yang kita bangun saat ini mengarah pada teknologi CDMA (Code Division Multiple Access), optical transmission, microwave dan juga broadband wireless. Itu semua adalah main fokus dari pengembangan teknologi telekomunikasi yang Netwave garap,” ujar Jimmy.

Sejak kerjasama tersebut terjalin, sejumlah proyek pun akan dibangun dan dilaksanakan di Indonesia. Saat ini, Netwave dan DTT sedang mengembangkan jaringan optical transmission yang sedianya akan diperuntukkan bagi pengembangan jaringan milik PT. Telkom. Optical Transmission tersebut, menurut Jimmy, diperuntukkan untuk membawa transmisi dalam jumlah yang sangat besar melalui jaringan optik. Menurut lulusan San Diego State University, jurusan Information Technology, teknologi optical transmission akan sangat membantu sektor telekomunikasi, karena dengan teknologi ini kabel-kabel yang selama ini banyak digunakan akan dipangkas dan digunakan secukupnya.

Kebanggaan lain yang dimiliki Netwave ketika berhasil merangkul DTT adalah keberhasilan perusahaan tersebut mengembangkan teknologi mobile communication berbasis 3G (3rd Generation). “Ini berarti, teknologi ini akan segera kami kembangkan pula di Indonesia,” tambah Jimmy dengan optimis.

Teknologi mobile communication 3G yang dikembangkan DTT memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknologi sejenis yang dikembangkan oleh negara-negara Eropa maupun Amerika. “Selama ini, Cina seringkali dianggap follower untuk berbagai macam jenis produk maupun teknologi. Namun untuk teknologi 3G ini, saya pastikan bahwa perusahaan yang berasal dari Cina ini telah berhasil mengembangkan teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa dan Amerika yang telah lebih dahulu mengembangkan teknologi ini. Bahkan, teknologi 3G yang dikembangkan DTT telah berhasil mendapatkan pengakuan internasional, karena teknologi tersebut dinilai dapat memenuhi standar yang berlaku,” ujar Jimmy panjang lebar.

Kelebihan lain teknologi 3G buatan DTT adalah harganya yang lebih murah dibandingkan produk sejenis. “ Seperti kebanyakan produk-produk lain asal Cina, memang harganya jauh lebih murah. Jika dibandingkan di pasar, teknologi 3G yang dikembangkan DTT harganya 30% jauh lebih murah dibandingkan produk sejenis yang ada saat ini. Meskipun lebih murah, mutu kualitas teknologinya tetap memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Buktinya, sejauh ini 40 negara telah ikut menikmati poduk-produk yang diciptakannya,” jelas Jimmy.

Lalu, bagaimana kendala pengembangan teknologi tersebut di tanah air? Apalagi basis mobile communication di Indonesia masih menggunakan GSM. Menjawab itu, Jimmy dan juga DTT tetap optimis. “Ini proyek jangka panjang yang masih terus dikembangkan. Implementasinya memang tidak dilakukan pada waktu dekat ini. Artinya, walaupun saat ini Indonesia masih menggunakan GSM, tidak tertutup teknologi-teknologi lain akan digunakan untuk masa-masa mendatang,” jawab Jimmy.

Besarkah keuntungan yang diperoleh Netwave dengan kerjasama ini? Dengan diplomatis, pria yang masih lajang ini mengatakan bahwa keuntungan tersebut sangat relatif. “Sayang saya tidak bisa membeberkan angka di sini. Apalagi, proyek yang kami garap cukup banyak. Ada proyek pendek yang dapat diselesaikan dua atau tiga bulan ataupun proyek panjang yang saat ini masih dalam tahap persiapan. Masing-masing proyek tersebut memiliki nilai yang berbeda,” kata Jimmy sambil tersenyum.•jl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar