Konon di sebuah negeri hiduplah seorang ibu bersama dengan putranya. Ia sangat
mencintai putranya sejak putranya lahir. Ibu tersebut sudah ditinggal pergi oleh sang
suami ketika putra satu-satunya sedang berada dalam kandungan.
Ibu tersebut sangat berbahagia tinggal bersama dengan
putranya, sebaliknya putranya merasa malu tinggal bersama dengan ibunya,
soalnya ibunya hanya memiliki satu mata dan satu telinga. Oleh karena perasaan
malu itulah maka ia akhirnya pergi tanpa pamit kepada ibunya ke luar negeri,
meninggalkan ibunya sendirian negeri itu.
Setiap hari ibunya berusaha untuk mencari putranya yang
sudah pergi tanpa pamit itu, pergi meninggalkan ibu tersebut tanpa sepengetahuannya. Ibunya cemas putranya sedang dirundung kemalangan besar.
Sedangkan putranya setelah tiba di luar negeri yang jauh,
kemudian berkeluarga dan dikaruniai seorang anak laki-laki.
Ketika mendengar bahwa putranya yang sedang dicari tersebut
sudah hidup baik di luar negeri bersama dengan istri dan anak mereka, maka
timbullah niat untuk menyongsong putranya itu di luar negeri sekaligu hendak
menemuinya cucunya.
Usaha ibu itu akhirnya tercapai, dia lalu berangkat
menyongsong putranya di luar negeri, dan akhirnya bisa mendapatkan alamat
rumahnya. Ketika mengetuk pintu rumah putranya, yang membukakan pintu untuk ibu
tua renta itu adalah cucunya.
Melihat cucunya, ia
sangat senang, namun sebaliknya cucunya kaget bukan main dan menangis berteriak-teriak
histeris karena ketakutan melihat si nenek tua itu, yang mata dan telinganya
masing-masing hanya satu.
Putranya keluar dan mendapatkan anaknya yang sedang menangis
histeris itu, dan ibunyanya yang baru datang. Bukannya senang karena ibunya
sudah tiba dan bertemu dengannya karena sudah bertahuntahun lamanya tidak
ketemu dengan ibunya, tetapi sebaliknya putranya dengan sangat kasar mengusir
ibunya karena tidak mau melihat ibunya yang hanya memiliki satu mata dan satu
telinga itu, disamping pakainannya compang camping. Putranya mengatakan kepad
aibunya, pergi kau karena mata dan telinga mu yang hanya satu itulah yang
membuat anakku ketakutan begini.
Dengan sangat sedih ibu itu akhirnya pulang kembali ke
negeri kampung halamannya.
Suatu ketika akan diadakan sensus di negeri kampung halaman
putranya. Merasa berasal dari kampungnya, putra itu pulang kembali ke kampung
halamannya untuk mengikuti sensus itu. Setibanya di kampung halamannya ia
hendak mencari ibunya di rumah mereka.
Ternya ibunya sudah meninggal dan hanya meninggalkan sebuah
surat dititipkan pada tetangganya. Surat
itu dibacanya. Ibumu sudah tiada, namun aku berbangga karena memiliki seorang
putra seperti kamu. Ibu juga sangat gembira hidup dengan hanya satu telinga dan
satu mata sejak kamu lahir. Waktu kamu lahir kamu hanya memiliki satu mata dan
satu telinga, dan saking cintanya ibu sama kamu maka dengan senang hati ibu rela
untuk memberikan satu mata dan satu telinga yang sekarang kamu miliki. Selamat tinggal nak, salam untuk cucuku.
Catatan:
Mohon dengan hormat kepada para pembaca untuk memberikan
komentar untuk cerita tersebut di atas?
Stefan Sikone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar