Stefan Sikone, MM
Pendahuluan
Allah menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Manusia selalu berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan yang ada disekitarnya. Secara tidak sadar, kemanapun seseorang pergi atau berada pasti ada interaksi yang terjadi. Baik dalam waktu yang lama maupun singkat. Inilah yang dikatakan adanya hubungan antar manusia. Setiap orang tidak dapat menghindar dari hal ini karena setiap orang harus membangun hubungan dengan orang lain. Hubungan, sudah ada dari masa penciptaan , ketika Allah mengatakan bahwa tidak baik jika manusia (Adam) hidup sendiri. Maka Allah menjadikan seorang penolong baginya. (Kejadian 2:18). Selain harus memiliki hubungan dengan manusia, yang terlebih penting adalah memiliki hubungan yang akrab dengan Allah sebagai “Sumber”.(Charles H Kraft, Berkomunikasi Dengan Kuasa,(Malang: Gandum Mas, 1998), hal. 6) Mengapa manusia tidak dapat menghindar dari hubungan? Karena setiap hari, manusia melakukan kontak dengan sesamanya.
Namun dalam suatu hubungan, pasti tidak akan berjalan dengan mulus. Karena dalam membangun hubungan ada aspek-aspek tertentu yang mempengaruhi hubungan manusia dan juga rintangan-rintangan yang juga sangat berpengaruh dalam memulai suatu hubungan. Aspek-aspek dan rintangan-rintangan dapat berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar. Oleh karena itu kita harus lebih memahami dan mengerti hal-hal ini.
Dalam paper ini, penulis akan berusaha membahas tentang hal-hal di atas yang mempengaruhi Hubungan Antar Manusia. Semoga, melalui paper ini pembaca dapat dibantu untuk memahami diri sendiri dan orang lain agar dapat membangun suatu hubungan yang baik dengan sesama dan terlebih lagi dengan Tuhan.
Bab I
PERGAULAN DAN KOMUNIKASI YANG MENDUKUNG SUATU HUBUNGAN
Membangun hubungan berarti, bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain, mengadakan kontak dengan orang. Komunikasi merupakan hal yang penting untuk membangun suatu hubungan dan komunikasi terjadi saat manusia bergaul dengan sesamanya. Pergaulan hidup pada hakekatnya adalah pergaulan yang akrab antara manusia yang dipersatukan dengan cara tertentu oleh hasrat-hasrat sosial yang ada dalam diri seseorang. Dalam pergaulan hidup, manusia menjadi manusia yang sebenarnya, artinya mahkluk yang berparan sosial dengan sifat-sifat yang dapat dibentuk lebih lanjut. Hasrat naluriahnya oleh karena penglamannya bergabung menjadi suatu keastuan yang lebih tinggi. Hasrat-hasrat inilah yang yang dimiliki oleh setiap individu yang mendorong masing-masing orang untuk mencari sesamanya untuk membangun hubungan dan hidup bersama. Salah satu hasrat yang ada adalah hasrat bergaul. Hasrat ini mempunyai peranan sebagai penolong terbentuknya pribadi orang. Akarnya pada hasrat untuk menjadi seperti orang lain dan merasa aman berada bersama-sama dengan orang lain. Ini juga dinamakan hasrat untuk saling mengenal. Hasrat bergaul itu dapat menyatakan diri terhadap orang-orang tertentu, lingkungan tertentu. Dapat juga agak samar, misal untuk berada di dalam himpunan manusia atau berkerumun dengan orang lain. Dalam pergaulan, ada aspek-aspek tertentu yang penting yang mempengaruhi pergaulan, antara lain :
1.Kedewasaan Mental
2.Kedewasaan Rohani
3.Kedewasaan Sosial
Dewasa biasanya menunjuk kepada keadaan akil balik atau matang. Masa dewasa meliputi jangka waktu yang panjang dan merupakan masa yang terpanjang dalam kehidupan manusia.
Dimasa dewasa ini, seseorang mulai mengenal tentang dirinya dan juga orang lain. Oleh karena itu, manusia berada dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan sosial yang lebih luas dimana terlepas dari suatu lingkungan yang kecil yaitu keluarga. Mulai bertemu dengan orang lain dan tercipta suatu hubungan.
1 Kedewasaan Mental
dalam pergaulan, manusia akan bertemu dengan banyak orang dan banyak karakter yang juga akan membentuk dirinya. Kedewasaan mental berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang. Pada usia dewasa, kemampuan berpikir telah berkembang sepenuhnya. Pemikiran lebih sejalan dengan pendirian pribadinya. Ini adalah aspek yang penting karena berhubungan dengan pola pikir seseorang. Apa yang menjadi pola pikir seseorang akan mempengaruhi tindakan dan tingkah laku dari orang tersebut. Setiap manusia memiliki cara pandang/paradigma yang berbeda-beda. Bertambahnya usia seseorang maka semakin luas juga cara pandangnya. Seorang anak kecil memiliki cara pandang yang masih sempit. Dia lebih berpusat kepada dirinya sendiri dan masih bergantung pada keputusan-keputusan dari orang tua. Tetapi, seseorang yang telah dewasa mental yang artinya pola pikirnya telah terbentuk melalui pengalaman hidup dan kontak dengan anyak orang, maka paradigmanya semakin berubah, pertimbangannya sehat dan dapat diandalkan. Ada perspektif yang lebih luas dengan penerapan praktis. Orang yang telah mencapai kedewasaan mental, harus memiliki cara pandang/ pola pikir yang positif, karena “ paradigma” berperan penting dalam membentuk kepribadian dan karakter seseorang. Jika seseorang berpikir positif terhadap dirinya, maka ada usaha yang dilakukan untuk mencapai hal-hal positif ini. Begitu pula, saat membangun hubungan dengan orang lain, cara pandang terhadap orang lain juga harus positif karena akan mempengaruhi hubungan tersebut. Jika seseorang mengalami trauma dalam hubungannya dengan orang-orang terdekat, seperti ayah, ibu, saudara maupun teman, maka orang ini cenderung menutup diri untuk membangun hubungan dengan orang lain yang ia temui diluar lingkungannya. Saat seseorang memiliki paradigma yang baik, yang mencapai kedewasaan mental, maka pergaulannya dengan orang lain jugasa akan harmonis dan akan membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Kedewasaan rohani
Firman yang ditaburkan haruslah menghasilkan buah. Dasar kerohanian yang telah dibangun dari masa kecil akan terlihat pada saatseseorang berada pada kedewasaan. Hal ini terlihat dalam karakter seseorang. Tekanan-tekanan dan kenyataan masa dewasa menuntut perkembangan iman yang dinamis.1 Hasil kedewasaan rohani yang sejati bukanlah perasaan yang telah mencapai kedewasaan, melainkan keriduan untuk bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Orang Kristen yang bertumbuh ke arah kedewasaan rohani adalah orang Kristen yang berusaha membangun konsep diri yang benar, yang berdasarkan pada kebenran sifat-sifat Allah dan FirmanNya. Semakin dewasa rohani seseorang semakin sulit untuk mendiagnosa temperamen dasarnya (J. Omar Brubaker M.A dan Robert E Clark, Memahami Sesama Kita (Malang: Gandum Mas, 1972), hal 102).
3. Kedewasaan Sosial
Perasaan bermasyarakat menjadi lebih kuat, berkembang dan meluas pada waktu ia menjalin persahabatan dengan orang lain. Membangun hubungan bermasyrakat dan belajar menerima orang lain serta mengerti karaktre dan perilaku orang. Masanya untuk seseorang beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, karena manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial yang dalam pergaulannya harus memperhatikan keharmonisan agar tidak terjadi konflik.
Kedewasaan sosial juga dipengaruhi poleh pertambahan usia seseorang. Bertambahnya usia dan tingkat pendidikan akan menentukan diman dan dengan siapa dia bergaul. Kedewasaan sosial ini mengarah pada bagaimana seseorangdapat membangun hubungan dengan semua orang tanpa mengenal status.
BAB II
Rintangan-Rintangan dalam Mambangun Hubungan Antar Manusia
Dalam usaha membangun hubungan dengan orang lain, pasti akan menemui rintangan- rintangan yang akan menghambat suatu hubungan. Rintangan-rintangan tersebut antara lain:
1. Komunikasi
komunikasi adalah hal yang sangat penting. Dengan berkomunikasi manusia dapat menmbangun hubungan yang baik dengan sesamanya, dan akan terjalin kontak yang dapat mengubah suatu hubungan. Namun dengan kurangnya komunikasi juga tidak akan tercipta suatu hubungan yang baik antar manusia. Contohnya, dalam hubungan pertemanan, penulis memiliki pengalaman dengan seorang teman yang retak karena kurangnya komunikasi. Karena mendengar pembicaraan dari orang lain tanpa mengkonfirmasikan terlebih dahulu pada saya, maka timbullh prasangka-prasangka yang membuat renggang suatu hubungan. Sebenarnya prasangka tersebut akan berdampak buruk bagi cara pikir dan tingkah laku, contohnya tidak salign menyapa dan berpikiran yang negati satu dengan yang lain.. karena kegoisan dari dua pihak, kami saling menunggu penjelasan, akhirnya hubungan yang dulu baik menjadi terganggu. Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk membangun komunukasi yang baik, buakn hanya dari satu pihak saja, tetapi harus ada kesadaran dari dua pihak. Jika kita menunggu orang lain untuk memperbaiki komunikasi maka tidak akan tercipta komunikasi yang baik.
2. Rasa Takut
Rintangan yang ke-dua adalah rasa takut. Hal ini pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Manusia tidak pernah terlepas dari perasaan takut selama ia masih ada di dunia. Adapun penyebab rasa takut itu antara lain, adanya rasa tidak diterima oleh orang lain, takut terhadap pandangan orang lain pada kita. Selama manusia masih ada dalam dunia ini, kita selalu bersosialisai dengan mengadakan kontak dengan orang lain. Pasti ada masalah-masalah yang kita hadapi dan berhubungan dengan orang lain. Rasa takut merupakan suatu fenomena kejiwaan penting, bertautan dengan perasaan hati atau nurani, yang dapat timbul dalam berbagai tingkatan dan dapat disertai gejala-gejala jasmaniah. (Ensiklopedi Indonesia )Salah satu akibat dari perasaan takut adalah seseorang kehilangan akal sehat dan melakukan tindakan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ada dua macam rasa takut yang penulis temui dan pernah mengalaminya yaitu rasa takut yang timbul karena ancaman atas keselamatan atau kejadian konkret yang membawa bahaya. Rasa takut semacam ini dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat dicari jalan keluar untuk mengatasinya. Ras atakut yang kedua adalah rasa takut yang tidak diketahui penyebabnya dan manusia pada umumnya tidak berdaya. Karena tidak diketahui penyebab rasa takut ini, maka tidak dapat dicegah atau ditiadakn dari kesadran manusia. Dengan adanya rasa takut karena trauma dengan pengalaman masa lalu, maka seseorang sulut untuk membangun hubungan dengan orang lain.
3. Gambar Diri yang Rusak
Gambar diri adalah gambaran mental terhadap diri sendiri dan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Gambar diri kita terbentuk dari apa yang kita pikirkan terhadap diri kita dan itu yang disebut konsep diri. Jika seseorang salah dalam membentuk konsep dirinya maka gambar diri akan rusak dan itu akan mempengaruhi sikap hidup dan hubungannya dengan orang lain. Beberapa cirri gambar diri yang rusak adalah :
Sensitive, berlebihan dalam segala sesuatu, suka berdebat dengan orang lain, suka mengecam, mudah marah, pendendam, cembutru buta, materialistis, mengasihani diri sendiri, gila gelar.
Dengan adanya ciri-ciri seperti ini maka akan sangat sulit untuk membangun hubungan dengan orang lain karena kita tidak menerima diri kita sendiri dan konsep diri sudah rusak. Jika kita menemui orang-orang seperti ini, baiklah kita membangun konsep diri berdasarkan dasar Alkitabiah.
4. Penolakan
Setiap manusia pasti pernah mengalami penolakan baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. Rasa tertolak adalah suatu suasana atau sikap batiniah yang mencekam, yang mencerminkan keadaan dari suatu hubungan , atau lebih tepat, yang menunujukkan kegagalan dalam membina hubungan tersebut. (Derek Prince, Rasa tertolak ( Jakarta: yayasan Pekabaran Innjil Immanuel, 1992), hal 5) Rasa tertolak adalah duka yang paling sering dan paling pedih yang diderita oleh kebanyakan manusia. Karena penolakan dari orang lain, seorang pribadi akan merasa tidak berarti dan dtidak berguna bagi orang lain. Maka kecenderungan yang terjadi adala orang ini tidak dapat mengasihi diri sendiri, sehingga tiddak peduli dengan penampilannya, sikapnya atau bahaya apa yang terjadi. Dengan sikap seperti ini, suatu hubungan tidak akan dapat dibangun. Sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan kasih dari sesama dan sulit menerima kasih dari Tuhan. Lepaskan diri dari ikatan penolakan dan alami kebebasan dalam Tuhan. (Joyce Meyer, Akar dari Penolakan ( Jakarta: Nafiri Gabriel, 2002) hal 1)
5.Tidak mempercayai orang lain
P,engalaman adalah guru bagi perjalanan hidup kita ke depan. Pengalaman memeberikan pelajaran-pelajaran yang baru dalam kehidupan kita. Salah satu pengalaman adalah trauma masa lalu yang membuat kita tidak mempercayai orang lain atau orang-orang terdekat kita. Penulis pernah mempunyai pengalaman seperti ini, dimana penulis tidak mempercayai orang yang sangat penting di dalam keluarga. Hal ini sangat berbahaya karena saya tidak dapat membangun hubungan dengan ayah saya sendiri oleh karena perbuatan yang dia lakukan. Ketika kita tidak mempercayai orang lain, maka secara tidak langsung, kita sedang mengatakan kepada orang tersebut bahwa kita tidak dapat membangun hubungan dengan dia.
Ke-lima rintangan di atas adalah hal-hal yang sering kita jumpai, lihat, bahkan pernah mengalaminya. Tetapi, itu adalah hal-hal yang tidak baik bagi suatu hubungan yang harmonis. Maka, kita harus mempelajari cara-cara bagaimana mengatasi atau menghadapi rintangan-rintangan di atas. Pada bab selanjutnya, kita akan membahas tentang cara atau metode untuk mengatasi rintangan.
BAB III. Cara- Cara Mengatasi Rintangan
Setiap manusia pasti ingin memiliki hubungan yang baik dengan sesamanya untuk mengatasi setiap rintangan-rintangan yang telah dijelaskan diatas kita harus memperhatikan faktor-faktor dari dalam diri kita maupun dari luar. Faktor yang terutama harus bergaul dalam diri kita yaitu hati kita (Amsal 4:23). Apa yang kita lakukan melalui perbuatan dan tingkah laku adalah berasal dari hati dan pikiran kita. Maka kunci utama untuk mengatasinya adalah mengubah sikap hati dan pola pikir atau cara pandang kita . Untuk mengerti orang lain, kita harus mengerti diri kita dulu dan belajar untuk menerima orang lain berarti harus menerima diri kita dulu. Orang Kristen harus mempelajari dirinya sendiri, siapa dirinya, dan apa yang diperlukannya supaya ia dapat mengulurkan tangan untuk memenuhi kebutuhan orang lain secara efektif (B.D. Bartruff, diterjemahkan oleh Sri Wandaningsih, Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan ( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003) hal 30) Dengan keterbukaan dan kejujuranakan membuat kita dapat mengatasi rintangan yang ke-5 dan 6 khususnya. Jika hati kita terbuka untuk pemulihan, maka Roh Kudus akan bekerja dalam setiap hati. Keterbukaan mengenai masalah pribadi dan pengalaman hidup akan membantu seseorang untuk mendapat solusi dari orang lain. Tapi , kita harus dapat memilah orang yang dianggap dapat membantu kita. Manusia memiliki hati nurani yang merupakan bagian hidup dari ,manusia yang dapat menentukan tinadakan seseorang itu benar dan salah. Baharui sikap hati agar apa yang dilakukan adalah benar-benar bersasal dari perubahan hati yang telah dipulihkan oleh Allah agar hubungan dengan sesamanya akan dipulihkan juga. Hati yang mau mengasihi orang lain adalah wujud dari hati yang penuh kasih terhadap orang lain. Perasaan takut akan terus menjadi ketakutan bagi diri sendiri jika tidak ada kasih. (I Yoh 4: 18.Di dalam kasih tidak ada ketakutan: Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna dalam kasih) Maka sikap hati yang mengasihi adalah kinci utama saat kita membangun hubungan dengan orang lain. Jika hati dapat menerima seseorang maka tubuh dan jiwa juga pasti dapat membangun hubungan dengan orang lain.
Hal yang kedua adalah cara pandang terhadap orang lain harus diubah. Konsep diri yang Alkitabiah harus dibangun sejak seseorang berada dalam masa peralihan menuju kedewasaan. Konsep diri merupakan dasar yang mempengaruhi sikap hidup seseorang dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri yang Alkitabiah adalah konsep yang dibangun berdasar pada kebenaran Firman Allah dalam hidup kita. Dengan konsep diri yang berdasarkan pada kehendak Allah akan membuat kita berpikir positif terhadap diri kita dan apa yang akan dicapai. Paradigma berperan penting dalam membentuk kepribadian dan karakter.
Seperti penjelasan pada Bab I tentang kedewasaan mental, bahwa jika seseorang berpikir positif terhadap dirinya dan orang lain maupun kepada sesuatu maka ada usaha yang dilakukan untuk mencapai hal-hal yang positif juga. Janganlah berprasangka terlebih dahulu kepada orang lain atau kepada keadaan karena hal itu akan menghalangi kita untuk membangun hubungan dengan sesama.
Kita memandang diri kita harus dari sudut pandang Allah. Allah memandang kita sebagai manusia yang berharga. Apapun keberadaan kita, Allah melihat kita sebagai anak-anakNYa yang dapat mengalami perubahan. Jangan kita berada pada keterpurukan dan pengalaman masa lalu yang menjadi penghalang bagi kita. Sebagai manusia yang telah diselamatkan oleh Allah, kita harus bangkit dari kelemahan-kelemahan kita dan mencoba menerima diri kita, orang lain maupun Tuhan agar kita memiliki kasih yang sempurna itu sehingga tercipta hubungan yang harmonis dengan sesama kita dan terlebih lagi dengan Tuhan.
Kesimpulan
Suatu hubungan tidak hanya berlandaskan kepada seberapa mampu kita dapat bergaul dengan orang, tetapi seberapa kita bisa menerima orang lain dan diri kita sendiri, agar hubungan itu tidak hanya bersifat sementara tetapi kekal dan dapat memberikan dampak yang baik bagi orang lain, bagi diri kita dan bagi hubungan kita dengan Tuhan. Karena faktanya dan kebenarannya adalah bahwa dari awalnya Tuhan yang menciptakan hubungan dan Tuhan juga membangun hubungan yang baik dari manusia dan segala macam cara Tuhan lakukan agar hubungan ciptaanNya tetap baik denganNya dan dengan orang lain.
Daftar Pustaka
Bartruff, B.D, Menjadi Pribadi yang Dikehendaki Tuhan, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2003
Brubaker, J Omar dan Robert E Clarck, Memahami Sesama Kita, Malang : Gandum Mas, 1984
Hensley, Margareth, Konsep Diri dan Kedewasaan Rohani, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1994
Stanley, Charles, Bagaimana Mengetahui Kehendak Tuhan, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993
Subekti, Timotius, Mengatasi Kepahitan Hati, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1994
07 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar