Laman

09 April 2013

CINTA SEORANG IBU



Konon di sebuah negeri hiduplah seorang  ibu bersama dengan putranya. Ia sangat mencintai putranya sejak putranya lahir.  Ibu tersebut sudah ditinggal pergi oleh sang suami ketika putra satu-satunya sedang berada dalam kandungan.

Ibu tersebut sangat berbahagia tinggal bersama dengan putranya, sebaliknya putranya merasa malu tinggal bersama dengan ibunya, soalnya ibunya hanya memiliki satu mata dan satu telinga. Oleh karena perasaan malu itulah maka ia akhirnya pergi tanpa pamit kepada ibunya ke luar negeri, meninggalkan ibunya sendirian negeri itu.

Setiap hari ibunya berusaha untuk mencari putranya yang sudah pergi tanpa pamit itu, pergi meninggalkan ibu tersebut  tanpa sepengetahuannya. Ibunya cemas  putranya sedang dirundung kemalangan besar.

Sedangkan putranya setelah tiba di luar negeri yang jauh, kemudian berkeluarga dan dikaruniai seorang anak laki-laki.

Ketika mendengar bahwa putranya yang sedang dicari tersebut sudah hidup baik di luar negeri bersama dengan istri dan anak mereka, maka timbullah niat untuk menyongsong putranya itu di luar negeri sekaligu hendak menemuinya cucunya.

Usaha ibu itu akhirnya tercapai, dia lalu berangkat menyongsong putranya di luar negeri, dan akhirnya bisa mendapatkan alamat rumahnya. Ketika mengetuk pintu rumah putranya, yang membukakan pintu untuk ibu tua renta itu adalah cucunya.

Melihat cucunya,  ia sangat senang, namun sebaliknya cucunya kaget bukan main dan menangis berteriak-teriak histeris karena ketakutan melihat si nenek tua itu, yang mata dan telinganya masing-masing hanya satu.

Putranya keluar dan mendapatkan anaknya yang sedang menangis histeris itu, dan ibunyanya yang baru datang. Bukannya senang karena ibunya sudah tiba dan bertemu dengannya karena sudah bertahuntahun lamanya tidak ketemu dengan ibunya, tetapi sebaliknya putranya dengan sangat kasar mengusir ibunya karena tidak mau melihat ibunya yang hanya memiliki satu mata dan satu telinga itu, disamping pakainannya compang camping. Putranya mengatakan kepad aibunya, pergi kau karena mata dan telinga mu yang hanya satu itulah yang membuat anakku ketakutan begini.

Dengan sangat sedih ibu itu akhirnya pulang kembali ke negeri kampung halamannya.

Suatu ketika akan diadakan sensus di negeri kampung halaman putranya. Merasa berasal dari kampungnya, putra itu pulang kembali ke kampung halamannya untuk mengikuti sensus itu. Setibanya di kampung halamannya ia hendak mencari ibunya di rumah mereka.

Ternya ibunya sudah meninggal dan hanya meninggalkan sebuah surat dititipkan pada tetangganya.  Surat itu dibacanya. Ibumu sudah tiada, namun aku berbangga karena memiliki seorang putra seperti kamu. Ibu juga sangat gembira hidup dengan hanya satu telinga dan satu mata sejak kamu lahir. Waktu kamu lahir kamu hanya memiliki satu mata dan satu telinga, dan saking cintanya ibu sama kamu maka dengan senang hati ibu rela untuk memberikan satu mata dan satu telinga yang sekarang kamu miliki.  Selamat tinggal nak, salam untuk cucuku.

Catatan:

Mohon dengan hormat kepada para pembaca untuk memberikan komentar untuk cerita tersebut di atas?

Stefan Sikone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar